Sejarah Desa

Alkisah, Selorejo adalah sebuah hutan rimba yang dibuka (babat alas) oleh 2 tokoh besarnya. Mereka bernama Mbah H. Turejo dan Mbah Sayang yang mulai memimpin pembabatan hutan pada pertengahan abad ke-18 (akhir Perang Diponegoro). Tujuannya awalnya tak lain untuk dijadikan kawasan tempat tinggal bagi rombongannya yang merupakan pelarian dari Mataram Islam setelah pertempuran melawan pemerintahan Belanda. Pada awalnya, perkampungan tersebut oleh Mbah Turejo dinamai dengan desa “Watugedhe” yang berarti batu besar. Ini didasarkan pada ditemukannya 2 buah batu dalam ukuran besar, melebihi ukuran pada umumnya, di jalan yang mengitari desa ini. Selain itu, ada kepercayaan dalam masyarakat bahwa batu tersebut memiliki kekuatan mistik. Beberapa orang yang berusaha untuk memecah batu tersebut agar tidak menghalangi jalan justru menjadi korban, mereka meninggal dunia setelah itu. Saat ini, kedua batu itu tetap ada di tempatnya (insitu) walaupun kondisi salah satu batunya sudah rusak. Dalam perkembangannya, desa Watugedhe ini beralih nama menjadi Selorejo, yang pada akhirnya Selo berarti batu (dalam bahasa Jawa) dan rejo yang diambil dari nama pendiri desa itu yakni Mbah H. Turejo.